BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Melacak sejarah dan perkembangan akhlak (etika) berarti melacak
adat istiadat yang sudah lama dimiliki setiap individu, keluarga, dan
masyarakat. Bahkan, Ayatullah Makarim Asy-Syirazi menegaskan bahwa bibit-bibit
pembahasan akhlak sudah muncul berbarengan dengan pertama kalinya manusia
menginjakkan kaki dimuka bumi ini. Karena ketika menciptakan Adam dan
menempatkannya di bumi, Allah SWT. Telah memberinya pelajaran tentang akhlak.
Akhlak dapat dikatan sebagai perangi
atau tingkah laku seseorang. Akhlak sangat penting sehingga merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Akhlak juga sebagai
pembeda antara manusia dengan makhluk yang lainnya, sebab manusia tanpa akhlak,
kehilangan derajatnya sebagai manusia yang merupakan hamba Allah paling mulia.
Allah berfirman:
لَقَدْ
خَلَقْنَا الإِنْسَنَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَهُ أَسْفَلَ
سَفِلِيْنَ. إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّلِحَتِ فَلَهُمْ أَجْرٌغَيْرُمَمْنُو
نٍ.
Artinya:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tin (95): 4-6)
Pokok keilmuan manusia dalam ayat
ini ialah iman dan amal perbuatannya. Seseorang yang berakhlak mulia, dia dapat
mengetahui batas-batas baik dan buruk, sebaliknya orang yang berakhlak buruk
sepenuhnya melakukan apa yang dia kehendaki.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah
pertumbuhan Ilmu Akhlak ?
2.
Bagaimanakah sejarah ilmu akhlak diluar islam ?
3.
Bagaimanakah sejarah ilmu akhlak didalam islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah pertumbuhan
ilmu akhlak
Sejarah ialah
kejadian, peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Pertumbuhan ialah
perkembangan, tumbuh terus menerus, bercabang dan hidup sepanjang waktu. Ilmu
ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis merurut
metode-metode tertentu yang digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
di bidang pengetahuan itu. Akhlak ialah budi pekerti, tingkah laku.
Sejarah
pertumbuhan ilmu akhlak ialah suatu peristiwa perkembangan pengetahuan tentang
budi pekerti atau tingkah laku seseorang melalui berbagai macam metode yang
disusun secara sistematis dari zaman ke zaman. Sejarah ilmu akhlak yaitu
sejarah yang mempelajari batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin sejak zaman
Nabi Adam hingga sekarang. Sejarah ilmu akhlak ialah sejarah yang menggali
tentang tingkah laku baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia
dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan
mereka dari masa ke masa.[1]
2.
Ilmu Akhlak di Luar Islam
Ilmu akhlak di
luar islam ialah pengetahuan-pengetahuan tentang akhlak yang tidak didasarkan
pada Al-Qur’an dan Hadits.
a.
Akhlak pada bangsa yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu
akhlak pada bangsa yunani terjadi setelah munculnya apa yang disebut shopis
ticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450). Sebelum tahun itu di
kalangan bangsa yunani tidak dijumpai pembicaraan tentang akhlak, sebab pada
masa itu perhatian mereka tercurah pada penyeledikannya mengenai alam.
Dalam membangun ilmu akhlak bangsa
yunani menggunakan dasar pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran
tentang manusia. Ini menunjukan bahwa ilmu akhlak yang mereka bangun lebih
bersifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam
terhadap potensi kejiwaan terdapat dalam diri manusia.
b.
Akhlak Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga masehi,
tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat mengubah pikiran manusia dan
membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang tersebut dalam Taurat dan Injil.
Demikian juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala
akhlak. Allah yang memberikan sebuah patokan yang harus dipelihara dalam segala
bentuk hubungan dan menjelaskan arti baik dan arti jahat.
Ajaran akhlak pada Agama Nasrani
bersifat Teo-centris dan sufistik. Oleh karna itu ajaran akhlak
yang dibawa para pendeta berdasarkan ajaran Taurat, untuk mendorong berbuat
kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan.
c.
Akhlak Bangsa Romawi
Pada abad pertengahan gereja
memerangi filsafat yunani dan Romawi, serta menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Gereja memiliki keyakinan bahwa kenyataan “hakika” telah
diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan oleh wahyu tentu benar, maka tidak
ada artinya lagi untuk menyelidiki tentang kenyataan (hakikat) itu.
Ajaran akhlak yang lahir di eropa
pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari peradaban
antara ajaran yunani dan Nasrani. Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan
antara pemikiran filsafat yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat
dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam islam sebagaimana terlihat
pemikiran akhlak yang dikemukakan kaum Mu’tazilah.[2]
d.
Akhlak Bangsa Arab
Bangsa Arab pada zaman jahiliah,
bangsa arab tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang mengajak pada aliran paham
tertentu di kalangan bangsa yunani. Pada waktu itu bangsa arab hanya mempunyai
ahli-ahli hikmah dan ahli-ahli syair yang memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran, mendorong keutamaan dan menjauhkan dari kerendahan yang terkenal
pada zaman mereka.
Setelah sinar islam memancar,
bagaikan sinar matahari menghapuskan kegelapan malam. Bangsa Arab kemudian
tampil maju menjadi bangsa yang unggul di segala bidang, berkat akhlaqul
karimah yang diajarkan islam. Allah menjadikan manusiadalam bentuk susunan
yang baik dan memberikan jalan baik yang harus ditempuh. Allah menetapkan juga
beberapa keutamaan seperti benar dan adil, menjadikan kebahagian di dunia dan
kenikmatan di akhirat sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.
e.
Akhlak Agama Hindu
Akhlak Hindu berdasarkan kitab Weda
(1500 S), selain mengandung dasar-dasar ketuhanan juga mengajarkan
prinsip-prinsip Akhlak Hindu yang wajib dipegang teguh oleh
pengikut-pengikutnya. Akhlak mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang
mereka anut sesuai dengan kitab Weda tersebut.
Tanda-tanda yang dipandang baik
dalam agama Hindu yaitu kemerdekaan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Hal
ini dapat dicapai jika seseorang patuh melaksanakan upacara keagamaan dengan
baik dan sempurna. Prinsip akhlak Hindu ialah peraturan ajarannya dipandang
sebagai sumber segalakemuliaan (akhlaqul karimah) manusia yang paling
penting.
f.
Akhlak Agama Buddha
Pokok-pokok akhlak dalam pengajaran
buddha ada empat, yaitu :
1)
Sengsara, sakit sebagai keadaan yang lazim dalam malam ini;
2)
Kembali ke dalam dunia (reinkarnasi) disebabkan kotornya roh dengan
nafsu syahwat terdahulu:
3)
Untuk menyelamatkan diri dalam usaha pencapaian nirwana, maka
hendaklah melepaskan diri dari segala pengaruh syahwat;
4)
Wajib menjauhkan segala rintangan yang menghalangi seseorang dalam
melepaskan nafsu syahwatnya, yakni dengan menanamkan segala keinginan dan
kesukaan.
Untuk mencapai
cita-cita tersebut diadakanlah satu pola akhlak yang meliputi delapan perkara,
yaitu melazimi kebaikan, bersifat kasih sayang, suka menolong, mencintai orang
lain, suka memaafkan orang, ringan tangan dalam kebaikan, mencabut diri sendiri
dari segala kepentingan yang penting-penting, dan mogok dari hajat kalau perlu
dikorbankan untuk menolong orang lain.
g.
Akhlak Bangsa Ibrani
Bangsa Ibrani yang populer dengan bani israil, mengaku bahwa
berdasarkan akhlak mereka kepada ajaran yahudi yang disandarkan kepada ajaran
nabi musa yang tersebut dalam kitab Taurat.
Mereka telah
dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaran Allah melalui
Rasul-rasul, dan mereka mengaku sebagai bangsa berakhlak yang berdasarkan
ajaran Allah. Tetapi mereka keluar dari garis akhlaqul karimah.
h.
Akhlak Dalam Ajaran Kong FU TSE (KONFUCIUS)
Sejak abad ke-5 SM di Negeri Tiongkok berkembang suatu ajaran yang
berakar pada Lau Tse (konfusius) 551-478 SM. Sebagaian orang memandang ajaran
ini berdasarkan filsafat dan sebagian memandang bercorak Agama.
Menurut konfisius tidak ada alternatif lain untuk membangun akhlak
selain dari tiga perkara, yaitu :
1.
Pergi menyendiri beribadah kepada tuhan seperti yang telah
diperbuat oleh Lao Tse.
2.
Mengundang rakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan disana
memberi kursus-kursus akhlak.
3.
Membawa diri sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para
pembesar dan diplomat melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya dalam
kehidupan sehari-hari.
i.
Akhlak Zaman Baru ( Barat )
Pada pertengahan akhir abad ke-15, Eropa mulai bangkit. Para imuan
menghidup suburkan filsafat yunani kuno. Akal mulai di bangunkan mulai dari
bangun tidurnya. Sebagian ajaran kelasik di kritik sehingga tegaklah
kemerdekaan akal. Di antara ajaran yang di kritik sekaligus diselidiki adalah
ajaran akhlak yang di bawa bangsa yunani dan bangsa-bangsa setelahnya. Maka
timbulah reformasi pemikiran yang menonjolkan identitasnya sendiri yang di kemukakan
oleh beberapa tokoh yaitu:
1.
Descartes (1596-1650)
Dari beberapa tokoh barat yang memerhatikan
kajian akhlak adalah Descartes, filsuf dari Perancis. Ia telah meletakkan
dasar-dasar baru bagi ilmu pengetahuan dan filsafat, diantaranya:
a.
tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan
sebelum dipastikan nyata. Apa yang didasarkan pada sangkaan semata dan tumbuh
dari wajib ditolak
b.
penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang
terkecil dan yang termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks.
2.
Jhon of Salisbury (1120-1180)
Jhon of Salisbury terkenal dengan uraiannya
yang menjelaskan bahwa kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Oleh
karena itu, ia menjadi pendukung gereja, berbicara mewakili gereja, membela
gereja, dan menyerang kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut spiritual.
3.
Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873)
Bentham dan Mill memindahkan paham Epicurus
kedalam paham Utilitarianisme. Keduanya memindahkan paham Epicurus dari paham
Egoitic Hedonisme ke dalam paham Universalistik Hedonisme. Paham keduanya
tersiar luas di Eropa dan memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan
politik.
4.
Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)
Green dan Spencer mengaitkan paham evolusi
dengan akhlak. Diantara pemikiran akhlak Green adalah :
a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang
lebih baik dapat menghendaki sebab ia adalah pelaku modal
b. Manusia dapat melakukan realisi diri karena
ia adalah subjek yang sadar diri, suatu reproduksi dari kesadaran diri yang
abadi.
c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah yang
ideal, tujuan yang terakhir
d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan
manusia.
5.
Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Kant (1724-1831)
Spinoza menulis karya utamanya yang
berjudul Ethica guna membantu mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut
suatu keyakinan.
Kant meyakini adanya kesusilaan. Titik
berat etikanya adalah rasa kewajiban ( panggilan hati nurani ) untuk melakukan
sesuatu. Rasa kewajiban melakukan suatu berpangkal pada budi.
6.
Victor Causin (1792-1867) dan Augus Caunte (1798-1857)
Cousin adalah salah seorang yang
bertanggung jawab menggeser filsafat Perancis dari sensasionalisme ke arah
spriritualisme menurut pemikirannya sendiri. Ia mengajarkan bahwa dasar
metafisika adalah pengam,atan yanghati-hati dan analisis atas fakta-fakta tentang
kehidupan yang sadar.
August Comte atau juga Auguste Comte lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari
1798 adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai “ Bapak Sosiologi “
yang dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam
ilmu sosial.
7.
Pascamil dan Sepenser
Sejak Mill dan Spencer hingga sekarang,
penelitian tentang akhlak hanya menjelaskan teori-teori sebagaimana telah
diutarakan dan belum ditemukan dengan teori-teori lain.
3.
Ilmu Akhlak didalam Islam
a.
Akhlak Dalam Ajaran Islam
Ilmu Akhlak dalam ajaran islam artinya
adalah suatu pengetahuan yang mempelajari tentang akhlak manusia yang
berdasarkan pada Al-Quran dan Hadist. Didalam ajaran akhlak islam telah
ditemukan bentuk yang sempurna, dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal
manusia.
Akhlak
dalam islam merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna dan menuntut
umatnya kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semuanya terkandung dalam
firman-firman Allah SWT dan sunnah Rasul. Firman Allah SWT merupakan sumber utama
yang memancarkan ajaran Islam, hukum-hukum Islam yang mengandung pengetahuan
akidah, pokok-pokok akhlak dan kemuliaan manusia.[4]
Firman Allah:
قُلْ هُوَاللهُ أَحَدٌ {1} اللَّهُ الصَّمَدُ
{2} لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ{3}وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدُ {4}
Katakanlah: “ Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. ( QS. Al-Ikhlas ( 112 ): 1-4 )
إنَّا أَخْلَصْنهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكرَى
الدَّارِ {46}
Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (
menganugerahkan kepada mereka ) akhlak yang tinggi, yaitu slalu mengingatkan (
manusia ) kepada negri akhirat. ( QS. Shad (38): 46 )
Sesungguhnya
Allah tidak memaksakan suatu perintah atau mencegah dengan suatu larangan,
tetapi Allah menjadikan kebaikan dunia tergantung akhlak manusia tentang
keadilan, kebenaran, kejujuran dan menjadikan kerusakan dunia karena
sebaliknya. Tujuan yang tertinggi dari segala tingkah laku manusia menurut
pandangan Islam adalah mendapatkan ridha Allah SWT.
Ada
beberapa ahli pikir Islam terkemuka yang giat menyuarakan akhlak islam.
Diantaranya:
1) Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub ( Ibnu
Maskawaih 176-241 H)
2) Ikhwanusshafa ( 922-1012 M )
3) Imam Al-Ghazali ( 1058-1111M )
4) Al-Farabi ( 879-950 M)
5) Ibnu Bayah ( 880-975 M)
b. Akhlak sebelum islam
Akhlak sebelum islam berarti akhlak yang dimiliki
orang pada masa djahiliyah,yaitu zaman kebodohan sebelum islam lahir. Zaman
djahiliyah bangsa arab merupakan penduduk yang menyembah berhala dan hanya
beberapa tempat sajayang beragam yahudi dan Kristen.
Pada masa ini keadaan akhlak manusia kebanyakan sangat menyedihkan
sekali. Mereka hidup tanpa mengenal allah. Mereka hanya mempercayai dan
menyembah berhala,menyembah matahari,menyembah bulan,dan menyembah bintang.
Selain itu,mereka juga menyembah pecahan-pecahan batu,kayu,dan onggokan pasir.
Dan ada beberapa perilaku djahiliah yang dibenci oleh rasulullah,diantaranya :
1) Berdoa meminta kepada orang yang dianggap
saleh.
2) Mengikuti orang-orang berilmu yang fasip
dan ahli beribadah yang sesat lagi jahil.
3) Percaya sepenuh hati terhadap sihir
khurafat.
4) Menyucikan makhluk seperti layaknya sang
khalik.
5) Munafik dalam akidah.
6) Menyeru kepada kesesatan.
c. Akhlak Setelah Islam
Islam datang mengajak manusaia pada kepercayaan bahwa
Allah SWT adalah sumber segala sesuatu diseluruh alam. Semua yang ada didunia
berasal dari-Nya dan dengan kekuasaan-Nya lah alam dapat berjalan secara
beraturan.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَاِيْتَائِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِوَالمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
( النحل : 90 )
Artinya :
“ Sesungguhnya Allah menyeru ( kamu ) berlaku adil dan
berbuat kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat, dan dia melarang( melakukan
) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” ( Q.S. An-Nahl : 90 )
Didalam
agama islam tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah panutan dalam
bidang akhlak. Bahkan keterutusannya kemuka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak.
Akan tetapi selain itu berikut adalah
tokoh-tokoh yang menggagas atau menulis ilmu akhlak dalam Islam dan masih terus
diperbincangkan, yaitu :
1) Ali bin Abi Thalib
2) Isma’il bin Mahran Abu An-Nashr
3) Ja’far bin Ahmad AL-Qummi
4) Ar-Razi
5) Ali bin Ahmad Al-Kufi
6) Ibnu MAskawih
7) Warram bin Abi Al-Fawaris
8) Syekh Nashir Ath-Thusi[5]
d. Akhlak dari zaman kezaman.
Ilmu akhlak dari zaman kezaman ialah ilmu
akhlak yang mempelajari akhlak berdasarkan waktu kewaktu yaitu dari zaman nabi
adam hingga abad modern ini. Tiap-tiap zaman akhlaknya selalu berubah-ubah
sesuai dengan keadaan sebagai berikut:
1) Pemerintahannya;
2) Agama dan keyakinannya;
3) Ilmunya;
4) Kebudayaannya;
5) Tempatnya (negaranya);
6) Tempat tinggalnya;
7) Harta bendanya;
8) Keluarganya;
9) Kedudukannya;
10) Keberaniannya;
Pengaruh-pengaruh tersebut terus berkembang sampai akhir zaman (kiamat).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah
pertumbuhan ilmu akhlak merupakan peristiwa perkembangan pengetahuan tentang
tingkah laku seseorang melalui berbagai macam metode yang tersusun secara
sistematis. Akhlak di luar Islam berarti ilmu akhlak yang tidak berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan ilmu akhlak di dalam Islam adalah akhlak
manusia yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, yang sudah disampaikan oleh Nabi
kepada umatnya.
Akhlak
sebelum islam ialah akhlak pada masa jahiliyah, dimana akhlak pada zaman itu
belum mengenal Sang Pencipta. Mereka belum mempercayai Allah, sehingga mereka
menyembah bintang, bulan, matahari, patung, dan segala hal yang dianggap sakti
guna memohon segala pertolongan.
Akhlak dari
zaman ke zaman merupakan akhlak dari waktu ke waktu. Keadaan akhlak dari zaman
ke zaman yang semakin sulit ditebak karena sesuai dengan kenyataan yang ada.
Keadaan zaman jahiliah yang masih dipercayai hingga saat ini seperti ramalan,
dukun, dll. Begitu pula dengan berkembangnya teknologi pada zaman modern yang
membuat akhlak semakin berbeda-beda. Teknologi yang baik dapat mengarahkan kearah
yang baik begitu juga sebaliknya. Salah satu diantaranya factor menurunnya
akhlak adalah karena mereka hanya mementingkan kebahagiaan dunia tanpa
diimbangi dengan kebahagiaan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Prespektif
Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. 2007
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung:
Pustaka Setia. 2010
[1] Abdullah M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Prespektif
Al-Qur’an. ( Jakarta: Amzah, 2007) cet 1, hlm. 236
[2] Abdullah M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an. (
Jakarta: Amzah, 2007) cet 1, hlm. 240
[4] Abdullah M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an. (
Jakarta: Amzah, 2007) cet 1, hlm. 245
Tidak ada komentar:
Posting Komentar