SEJARAH ANTROPOLOGI
Antropologi
adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan masa kini, ilmu yang menggambarkan
manusia dengan ilmu hayati ( alam ),
ilmu sosial, dan humaniora. Ilmu Antropologi berasal dari kata Yunani yaitu “ anthropos
“ yang berarti manusia dan “ logos “ yang berarti berakal. Secara bahasa
Ilmu Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia.
Antropologi
bertujuan untuk mengapresiasikan manusia sebagai homo sapiens dan makhluk
sosial. Antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberi arti dan
fakta sejarah manusia sejak awal kemunculannya. Didalam ilmu antropologi juga
menjelaskan tentang “ cross cultural “ yaitu ilmu yang menjelaskan
perbedaan kelompok-kelompok manusia, mulai dari bahasa, adat istiadat, budaya,
pandangan hidup, dan perilaku sosial.
Antropologi
dengan orientasi yang holistik dibagi menjadi empat cabang ilmu, yaitu
antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi dan linguistik.
Setiap cabang ilmu tersebut memiliki penekanan-penekanan ilmu yang berbeda beda
dalam konsentrasi akademik dan penelitian – penelitian ilmiah, meskipun keempat
cabang ilmu tersebut memiliki konsentrasi yang berbeda beda akan tetapi saling
berkaitan satu ilmu dengan lainnya.
Menurut
sejarah Ilmu Antropologi berkembang melalui beberapa fase, yaitu fase pertama (
sebelum 1800 ), fase kedua ( tahun 1800/ kira-kira abad ke-19 ), fase ketiga (
awal abad ke-20 ), dan fase keempat ( setelah tahun 1930-an ).
1.
Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Lahirnya Ilmu Antropologi berawal dari ketertarikan orang-orang
eropa akan budaya etnis, ciri fisik, dan adat istiadat lain yang berbeda dari
masyarakat yang dikenal oleh eropa.
Pada akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16 bangsa Eropa
mulai menjelajahi beberapa benua didunia, diantaranya Asia, Afrika, Australia,
dan Amerika. Dalam perjalanannya bangsa Eropa mulai menemukan hal-hal baru,
tentang suku-suku yang berbeda yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
DIsepanjang perjalanan mereka mencatat segala hal yang telah mereka temui.
Mereka mencatat segala hal yang berhubungan dengan suku tersebut, seperti adat
istiadat, bahasa, susunan masyarakat, dan ciri fisik suku tersebut. Melalui
buku harian atau jurnal yang telah mereka gunakan untuk mencatat apa yang telah
mereka temui, bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisan tulisan tangan para
pelaut, penyiar agama, dan musafir. Tulisan tersebu disebut “ etnografi
“ dari kata ethos yang artinya bangsa, pada saat itu tulisan tersebut
sangat menarik bagi bangsa Eropa, akan tetapi terkadang deskripsi yang
dijelaskan masih kurang jelas atau kabur.
2.
Fase Kedua ( tahun 1800/ kira-kira abad ke-19 )
Pada permulaan abad ke-19 perhatian
pengetahuan tentang ciri fisik, adat istiadat dan masyarakat bangsa-bangsa lain
diluar Eropa, menimbulkan usaha-usaha dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan
seluruh pengetahuan etnografi menjadi satu.
Integrasi yang benar-benar baru
timbul pada pertengahan abad ke-19, pada fase ini bahan-bahan etnografi telah
disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan evolusi pemikiran masyarakat dan
kebudayaan yang berevolusi dalam jangka waktu lama. Mereka menganggap bahwa
semua bentuk masyarakat dan bangsa-bangsa diluar eropa adalah primitive.
Pada fase ini perkembangan Ilmu
Antropologi berupa suatu Ilmu Akademis yang bertujuan mengetahui dan memahami
tingkat-tingkat masyarakat dalam sejarah perkembangan dan penyebaran kebudayaan
manusia.
3.
Fase Ketiga ( awal abad ke-20 )
Pada permulaan abad ke-20,
Negara-negara di Eropa mulai mencapai kekuasaanya di daerah-daerah jajahan
diluar Eropa, dengan mulai membangun koloni-koloni. Pada fase ini Eropa mulai
berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa terjajah diluar Eropa, akan tetapi
mereka mulai mendapatkan pemberontakan-pemberontakan dan cuaca yang kurang
cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lainnya. Oleh karena itu
mempelajari bangsa-bangsa lain menjadi sangatlah penting, dan pada saat itu
Eropa mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa diluar
Eropa, dari segi budaya, kebiasaan dan lainnya.
Dalam fase ini Ilmu Antropologi
menjadi suatu ilmu yang praktis yang bertujuan mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa guna kepentingan colonial dan
mendapatkan suatu pengertian masyarakat masa kini yang kompleks.
4.
Fase Keempat ( setelah tahun 1930-an )
Pada fase ini Ilmu Antropologi
berkembang sangat pesat, kebudayaan bangsa-bangsa asli diluar Eropa mulai
terhapus karena adanya kebudayaan Eropa yang mempengaruhinya. Pada saat itu
terjadi beberapa perubahan pada dunia diantaranya adanya Perang Dunia II dan
hilangnya bangsa-bangsa primitive.
Pada saat Perang Dunia II
berlangsung menimbulakn kehancuran total pada beberapa negara, kehancuran
tersebut diantaranya timbul kemiskinan, kesenjangan sosial dan kesengsaraan
yang tak berujung. Dan bersama saat itu mulai timbulnya nasionalisme
negara-negara yang terjajah oleh Eropa untuk keluar dari penjajahan.
Pada fase ini bukan berarti fase
pertama, kedua dan ketiga terbuang begitu saja, akan tetapi digunakan sebagai
landasan perkembangan baru yang dilakukan para tokoh ahli dalam suatu symposium
untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari Ilmu
Antropologi yang baru itu.
Proses perubahan tersebut
menyebabkan penelian para ahli antropologi bukan hanya mempelajari
negara-negara diluar Eropa akan tetapi juga mempelajari dan memahami manusia
didaerah pedesaan di Eropa seperti suku Soami, Falm, Lapp, dan lainnya.
Di fase keempat ini tujuannya dapat
dibagi menjadi dua yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis. Tujuan akademisnya
yaitu mencapai pengertian manusia pada
umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat serta
kebudayaannya. Dan tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
thankyouu..
BalasHapusThankyou
BalasHapus